Kritikan Mensos Risma, Faksi Korban Tidak berhasil Ginjal: Datangi Pasien yang Lumpuh juga Tidak

Kritikan Mensos Risma, Faksi Korban Tidak berhasil Ginjal: Datangi Pasien yang Lumpuh juga Tidak

Kritikan Mensos Risma, Faksi Korban Tidak berhasil Ginjal: Datangi Pasien yang Lumpuh juga Tidak

Advokat keluarga korban tidak berhasil ginjal kronis, Tabah Putuhena mengomentari Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang sampai ini tidak pernah menjenguk korban obat sirup beracun.

Tabah menjelaskan, keadaan korban tidak berhasil ginjal kronis yang kini sedang jalani rawat jalan atau perawatan alami kelumpuhan dan tidak memiliki daya.

“Menteri Sosial juga sampai ini hari tak pernah tuch berkunjung korban, benar-benar,” kata Tabah saat dijumpai mass media di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus), Selasa (28/3/2023).

Tabah tidak hanya menyesalkan pengakuan Risma yang menyebutkan Kementerian Sosial (Kemensos) tidak punyai bujet untuk memberi bantuan untuk beberapa korban tidak berhasil ginjal kronis.

“Saat ini ngomong tidak punyai uang, tetapi ngunjungin korban yang beberapa anaknya lumpuh tidak memiliki daya juga tidak dilaksanakan benar-benar,” sambungnya.

Tabah minta Risma, Menteri Kesehatan (Menteri kesehatan) Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri Koordinator sektor Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy memakai hati nurani mereka.

Menurut dia, mereka terlihat tidak memperlihatkan empati ke korban tidak berhasil ginjal kronis yang wafat atau sakit kronis sesudah minum obat sirup terkontaminasi etilen glikol (EG) dan dietiken glikol (DeG).

“Mereka tidak memakai nurani tidak memakai empati, saya eggak tahu diletakkan di mana,” tutur Tabah.

Menurutnya, beberapa pembantu Presiden Joko Widodo itu benar-benar tidak pahami hati, tidak menyaksikan keadaan, dan dengar suara korban.

Dia juga menyebutkan Budi, Risma, dan Muhadjir mempertunjukkan sikap tidak sopan karena sama-sama lempar berkenaan bantuan untuk keluarga korban tidak berhasil ginjal kronis.

“Sampai hari saya dapat pastikanlah jika bantuan itu benar-benar tidak ada. Sampai ini hari,” papar Tabah.

“Semua korban yang kami dampingi tak pernah sedikitpun memperoleh sikap yang sopan dari menteri, jangankan bantuan,” tambah ia.

Tabah memaparkan, saat awalnya tekanan pada Menteri kesehatan Budi banyak muncul, dia mengatakan tidak mempunyai kuasa untuk memberi bantuan.

Masalah itu selanjutnya berguling sampai hingga ke Menko PMK Muhadjir. Dia disebutkan menunjuk Risma tangani masalah bantuan itu.

Tetapi, Risma malah menjelaskan tidak mempunyai bujet untuk korban tidak berhasil ginjal kronis.

“Tetapi jawaban yang didapat oleh kita, satu kali lagi ialah jawaban yang tidak sopan. Jika barusan disebut tidak punyai wewenang jika di sini ngomong, wewenangnya ada nih, tali tidak punyai bujet,” protes Tabah.

Awalnya, Risma akui sudah terima data pasien tidak berhasil ginjal dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

Tetapi, faksinya tidak mempunyai bujet. Dia selanjutnya mengadu ke Muhadjir Effendy.

“Kami tidak ada uang jika terus-terusan. karena itu saya telah matur ke Pak Menko PMK, ‘Pak, kami tidak ada uang. Jika (diberi bantuan) 1x, terus ia bersihkan ginjal kembali, terus darimanakah duitnya?’,” kata Risma saat dijumpai di Kantor Kemensos, Jakarta Pusat, Senin (20/3/2023).

“Telah (dapat data dari Kemenkes). Hanya ini kelak saya akan jawab sah jika kami tidak punyai bujet karena itu,” ungkapkan Risma.

Terakhir, masalah bantuan untuk keluarga korban tidak berhasil ginjal ini dirapatkan empat kementerian, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator sektor PMK, dan Kementerian Keuangan.

Check Also

Gerindra Claim "Konsolidasi Lebaran Berbahagia" Berisi PDI-P-Gerindra-PKB-PPP Dapat Tercipta

Gerindra Claim “Konsolidasi Lebaran Berbahagia” Berisi PDI-P-Gerindra-PKB-PPP Dapat Tercipta

Gerindra Claim “Konsolidasi Lebaran Berbahagia” Berisi PDI-P-Gerindra-PKB-PPP Dapat Tercipta Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman …