Bertopik Kematian, Jenderal Polisi Menggelar Pameran Tunggal Lukisan di Bandung
Chryshnanda Dwilaksana menggelar pameran tunggal karya lukisannya di Galeri Pusat Kebudayaan di Bandung, yang berjalan 3-13 Desember 2022. Polisi berpangkat Brigadir Jenderal itu mengepak kreasinya dengan topik kematian dengan judul Memento Mori. Topiknya berkaitan dengan kejadian pandemi Covid-19 yang turut mengambil nyawa beberapa orang paling dekat.
Karya lukisan yang ditampilkan itu dibikin selama saat pandemi. Ia sendiri akui pernah sekali dengan status positif dan kerja di rumah. Chryshnanda ingat kejadian tersebut lantas tuangkan gagasan pamerannya dengan judul Memento Mori yang maknanya ingat masalah kematian. “Hidup ini pendek dan seni itu panjang atau kekal,” katanya di Bandung.
Ia mengaku pandemi sebagai periode yang penuh kekuatiran dan mengerikan. Teman dekat, keluarga, orang paling dekat, banyak sebagai korban. Untuk mengurangi kekhawatiran akan kematian itu, Chryshnanda Dwilaksana dan barisan rekan-rekan seniman lakukan kegiatan seni. Selainnya membuat lukisan, ia ikut juga menggelar pameran seni karya beberapa seniman.
Awalnya Belajar Melukis
Suka menggambar semenjak umur sekolah dasar, lelaki kelahiran Magelang, 3 Desember 1967 itu masuk sanggahr seni saat Sekolah Menengah Pertama. Oleh guru lukisnya ia disuruh untuk latihan melukis realis selainnya style gesturf. Tetapi setalah masuk sekolah tinggi polisi, Chryshnanda sempat stop melukis sepanjang 4 tahun. Sesudah itulah memperdalam kembali hoby lama waktunya itu.
Pembukaan pameran yang bersamaan dengan hari ulang tahun Chryshnanda ke-55 itu turut didatangi beberapa rekanan seprofesi seperti Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat. Menggunakan baju adat Jawa dan Sunda, Chryshnanda membuat lukisan secara spontan. Untuknya, seni sebagai satu kemampuan manusia untuk tetap bertahan hidup. Karena itulah menyenangi suiseki, bonsai, patung, dan ukir-pahatan.
Dahulu ia pernah belajar membuat patung. Tetapi karena proses pembikinannya lama dan tangannya pernah cedera oleh pahat, Chryshnanda memilih untuk stop. Demikian juga seni teater yang sempat dijalaninya saat Sekolah Menengah Atas.
Menurut kurator Isa Perkasa, sekitar 69 lukisan Chryshnanda yang ditampilkan bercorak gesturf. Beberapa judul lukisannya seperti, Jika Waktunya Datang, Jiwa Tinggalkan Raga, Raga Akan Mati, Tetapi Jiwa Akan Terus Kekal, dan Cari Yang Maha Kuasa. “Karya lukisannya memiliki nuansa spiritual,” ucapnya. Meskipun bersuasana duka, kekaryaan lukisan polisi itu dinilai tidak memperlihatkan pesimisme tetapi refleksi diri untuk ingat kematian.